Business

Mengubah Penawaran





Oleh: All Amin
Salesman, Marketer, Entrepreneur

BERDAGANG. Pekerjaan yang sudah ditakdirkan untuk saya dari kecil. Dari umur sekitar 7 tahunan. Kelas satu sekolah dasar sudah mulai berdagang. Membawa kue ke sekolah. Jualan keliling kampung. Kerja itu terus berlanjut, sampai sekarang. Sudah mendarah daging.

Di samping pengalaman praktik, untuk memperdalam pemahaman, saya pun suka melahap teori-teori tentang salesmanship, strategi pemasaran, kewirausahaan, dan sebagainya. Cukup banyak sudah mengkhatamkan kitab-kitab rujukan tentang itu.

Bak pesilat yang terus mempelajari jurus-jurus baru. Jurus-jurus itu selalu dipraktikkan ketika berjualan. Dalam membuat penawaran. Mengunci transaksi. Mendapatkan persetujuan. Macam-macamlah istilahnya. Dan, jurus-jurus itu sering berhasil.

Rentetan keberhasilan inilah sumber masalahnya. Rentetan keberhasilan sering membuat kita lupa. Lupa diri.

Orang yang sering berhasil, kadang dadanya busung. Sudut matanya sinis. Genggaman tangannya tidak sama, pada semua orang. Senyumnya dipilih-pilih. Dan dari mulutnya sering keluar kata, "Lakukan seperti apa yang saya sampaikan." Dengan intonasi merendahkan.

Saya mengistilahkan gaya itu dengan nama; "Paham Qarunisme". Orang yang sangat yakin, semua keberhasilannya adalah karena hebatnya. Karena pintarnya. Ia abaikan peran Allah. Dan penganut paham ini sangat banyak. Saya pun terpengaruh paham itu. Tidak sampai militan.

Dulu menganggap, keberhasilan setiap transaksi itu, karena hebatnya penawaran. Matangnya strategi. Detailnya pengetahuan. Sampai tarikan nafas, penekanan kata, cara duduk, derajat miringnya kepala, ditata ketika sedang berkomunikasi lisan. Ternyata tidak. Bukan karena semua itu. Keberhasilan itu mutlak karena rahmat Allah. Karena izin Allah. Kalau Allah tidak izinkan, mau teori setinggi langit pun, tak akan bisa.


Kini saya ganti rujukan. Beragam teori dari banyak nama-nama populer dalam ilmu pemasaran dari barat. Yang buku-bukunya saya baca sudah belasan tahun. Saya ganti dengan satu nama: Nabi Muhammad Saw. 

Kini cara penawaran diubah total. "Ini motor bekas, ada lecet di sini, dan situ. Tidak berani menjamin motor ini, tidak akan rusak setelah Anda beli!".  

Atau: "Ini bisnis baru, kita hanya bisa berusaha. Sebaik mungkin. Namun, tidak ada jaminan, pasti berhasil. Ada risiko rugi. Kemungkinannya sama besar. Kalau berani dan siap menerima keduanya, kita jalan. Kalau tidak. Jangan teruskan." Dulu jarang berani lugas berkata demikian. Selalu dikemas baik. Agar disetujui. Takut tidak laku.

Siasat dalam penawaran. Kalau ditarik ke arti yang lebih keras. Bisa berarti tipuan. Karena ada yang ditutup-tutupi. Itulah salah satu pembeda, dari cara berdagang Rasulullah. "Pembeli harus diberi tahu cacat barang." 

Terjadi transaksi atau tidak, mutlak ketentuan Allah. Apapun hasilnya pasti itu yang terbaik. Tipuan dalam penawaran, tidak menghasilkan apa-apa. Hanya akan membuat rezeki menjadi tidak halal. Terlalu berisiko.

All Amin
Salesman, Marketer, Entrepreneur.
Post Navi

0 Komentar