Business

Orang Nyinyir Adalah Pejuang



/Oce Satria

'AKSI nyata lebih bermakna dari hanya kata-kata' begitu kalimat 'bijak' memberi nasehat. Sebuah sindiran bahkan sinisme dalam bungkus kata-kata bijak. Orang ingin melihat yang lebih nyata dari sekadar kata-kata. Kata-kata dalam konteks ini beragam wujud (meski tekanannya sama saja) yakni petuah, kritik, omelan atau kenyinyiran yang kadang distempleli lagi dengan istilah mengeluh. "Jangan nyinyir doang!" "Mengeluh mulu. Coba Elu yang jadi Camat? Bisa?" "Kamu sudah berbuat apa?" Tapi si pemilik kalimat 'Aksi nyata lebih bermakna dari hanya kata-kata' dan semacamnya itu, lupa dengan kalimat paling terkenal dan menarik dalam tradisi pembicaraan Bibel. Kalimat pembuka dari Injil Yohanes: "Pada Mulanya adalah Kata" (logos). Kata (logos) dalam bahasa Yunani memiliki banyak arti, yaitu pikiran, omongan, makna, nalar, ide, prinsip, atau logika. Dan kita menerjemahkannya sebagai "kata" (word). Pada mulanya adalah kata. Kata-kata sesungguhnya adalah juga sebuah bentuk lain dari aksi nyata. Ia adalah sub dari sistem. Nelson Mandela, Gandhi, Soekarno, Iwan Fals sampai Wiji Tukul dan bahkan para BuzzeRp, mereka dengan kata-kata memberi tenaga bagi banyak orang. Dalam alam kolonial yang terkungkung, zaman revolusi yang mendebarkan, masa pertengtangan Islam, Nasional dan Komunis, era Orba sampai 98, perubahan dipicu dan ditentukan oleh perang kata-kata. Chairil Anwar, penyair kurus berambut tebal dengan selipan sebatang rokoknya yang membius itu, mampu menyemburkan darah perjuangan. Ia memeras kata, mengomeli keadaaan, menyinyiri mereka-mereka yang ia sebut sebagai pemimpin. Begitulah, kata-kata Chairil Anwar atau Soekarno adalah tenaga yang berasal dari kepedulianya pada keadaan yang mereka tangisi. Rezim Kolonial dan BuzzeRp zaman itu mungkin men-cap-nya sebagai kenyinyiran dan omelan. Meski begitu, kenyinyiran dan omelan itu sampai di kepala banyak orang menjadi vibrasi, bisa diraba dan memanaskan jiwa. Ya, kata dapat diraba. Masih ingat David Eagleman, ilmuwan saraf di Kolese Kedokteran Baylor, Houston? Ia membuat alat yang dapat menolong penyandang tunarungu memahami sebuah kata dan kalimat. Kata-kata verbal dikirim sebagai data secara nirkabel, lalu mengaktifkan rompi khusus yang dipakai tunarungu yang menangkap vibrasi kata. Cara itu secara teratur mampu membuat penyandang tunarungu dapat mengartikan pola-pola vibrasi kata. Media sosial adalah vibrasi. Terlebih dalam situasi kepungan jutaan pasukan super kecil seukuran 125 nanometer atau 0,125 mikrometer. Tak terlihat mata tapi mereka telah mengungkung kita. Di tengah kungkungan ini media sosial adalah salah satu pelampiasan paling mudah dipilih. (Pilihan lain, membaca buku, menonton tivi, memasak, apa lagi?) Baca buku dan nonton tv, mungkin membosankan. Ya, karena kita butuh interaksi. Memasak? Hanya butuh sejam dua jam. Bercinta? Konon kata dokter entar dulu sampai tentara corona dan Indonesia meneken ceasefire alias gencatan senjata, syukur-syukur menyerah kalah Pilihan masuk akal saat ini, ya berkata-kata di sosial media. Bentuknya seterah. Ada banyak pilihan. Curhat, kata-kata mutiara, menggosipkan kerja pejabat, diskusi serius, atau sekadar say hello. Nah, kalau ada netijen yang ninyir, percayalah, mereka punya niat baik, tulus untuk kebaikan negara ini. Orang nyinyir, jangan-jangan di jantung mereka mengalir spirit pejuang. Anda saja yang kadang Salah Menilai (ini judul lagu). Tapi Anda kangen orang nyinyir, khan? Hayooo...ngaku..!!


*foto:net
Post Navi

0 Komentar