Penayangan Film Sexy Killers Capai 27 Juta Views
"Sexy Killers hari ini mencapai 27 juta views. Terima kasih sudah menonton, mendiskusikan, dan menyebarluaskan".
Demikian, Dandhy Laksono, sutradara Film Sexy Killers mengetuit di akun Twitternya @Dandhy_Laksono, Ahad (20/10/2019) sesaat setelah pelantikan Presiden dan Wakil Presiden, Jokowi-Maaruf Amin.
Jurnalis yang sempat dijemput polisi di rumahnya beberapa waktu lalu ini, boleh dibilang sukses dengan karya teranyarnya bersama WatchDoc Image ini. Sexy Killers, viral dan menjadi perbincangan di mana-mana.
"Sexy Killers" menuai sukses. Hingga pernah tembus 3,3 juta viewers dalam dua hari penayangan.
Film berdurasi hampir 1,5 jam
Dirilis menjelang pelaksanaan Pemilu 2019, ini menyorot sisi kelam bisnis tambang batu bara serta nasib masyarakat yang tinggal di daerah dekat pertambangan batu bara dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Selain itu, film ini juga menyebut sejumlah nama, baik dari kubu paslon capres-cawapres nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin maupun paslon nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga.
Adalah Tim Ekspedisi Indonesia Biru dan rumah produksi WatchdoC Documentary yang konon menjadi film babak terakhir dari ekspedisi mereka mengelilingi Indonesia selama setahun dalam beberapa waktu belakangan ini.
Beberapa film sejenis yang diproduksi dari hasil ekspedisi mereka seperti film Samin vs Semen (2015), Kala Benoa (2015), The Mahuzes (2015), Asimetris (2018) dan puluhan film lainnya. Sexy Killers adalah film terakhir (2019).
Film ini menyorot bagaimana energi yang kita gunakan sehari-hari diproduksi oleh siapa dan dimana serta rentetan kebusukan yang melingkupnya.
Pernahkah Anda menghitung berapa daya listrik yang Anda habiskan per hari untuk menunjang aktivitas itu?
Beberapa peralatan rumah tangga ternyata memakan daya yang cukup besar, seperti AC Split 1/2 PK (430 watt), komputer (140 watt), kipas angin (103 watt), microwave (1270 watt), magic jar (465 watt), setrika (300 watt), pompa air (650 watt), pemanas air (400 watt), dan lain-lain.
Lalu, apakah Anda tahu bagaimana PLN mendapatkan daya sebesar itu?
Seperti ditulis Kompasianer, Tutut Setyorinie, "Sexy Killer" membawa penonton menelusuri sebuah wilayah di Kalimantan Timur, di mana salah satu lokasi tambang batu bara terbesar di Indonesia berada.
Pertama melihatnya, penonton akan disapa oleh berjuta-juta hektar tanah telah gundul dengan bekas galian yang dibiarkan begitu saja.
Dengan lokasi tambang yang berada persis di sekitar pemukiman warga, menyebabkan beberapa rumah mengalami kemiringan hingga hancur total. Jalanan banyak yang pecah dan amblas.
Bahkan air yang diminum oleh warga sekitar juga tidak lagi bening, melainkan berwarna keruh. Dan yang paling naas adalah banyak anak-anak yang kehilangan nyawa akibat jatuh ke lubang galian yang berada persis di dekat sekolah.
Lantas siapa yang harus disalahkan di sini? Pemerintah? atau pemilik perusahaan? Kedua pihak tersebut tampak tak acuh pada kondisi yang menimpa warga.
Dari rekaman wawancara pada Gubernur Kalimantan Timur, terlihat bahwa sang gubernur hanya mengatakan "nasib" dan "turut prihatin" pada anak-anak yang menjadi korban dari lubang galian tersebut.
Padahal menurut peraturan Menteri Lingkungan Hidup jarak minimal lubang galian dengan pemukiman warga adalah 500 meter, namun dalam video tersebut kita bisa lihat bahwa jangankan 500 meter, 100 meter juga tidak sampai.
Setelah ditambang, batu bara dimasukkan ke dalam kapal tongkang untuk dikirimkan ke PLTU. Lagi-lagi pembangunan PLTU memakan banyak perselisihan. Para petani yang direbut sawahnya meski belum dibeli, nelayan yang ikannya hilang akibat tongkang batu bara yang melintasi lautan.
Dan yang paling parah adalah asap pembakaran alias limbah B3 yang mengandung senyawa mematikan dan menimbulkan pencemaran tanah, tumbuhan bahkan udara sehingga membawa penyakit berbahaya bagi warga sekitar seperti batuk, sesak napas, asma, hingga kanker nasofaring (bagian atas tenggorokan).
Bahkan berdasarkan penelitian Greenpeace (2015), PLTU batu bara di Indonesia sudah menyebabkan kematian prematur 6.500 jiwa setiap tahunnya.
Apakah masyarakat diam dan pasrah? Tentu saja tidak. Beragam aksi dan demonstrasi dilancarkan pada perusahaan dan PLTU yang telah mengecam keselamatan mereka. Namun hasilnya gugatan mereka lebih banyak ditolak di pengadilan, bahkan beberapa dari mereka berakhir di penjara.
Hubungan dengan Para Elit
Lebih jauh, "Sexy Killer" membawa kita pada siapa dalang yang berada dibalik aktivitas tersebut. Dari perusahaan PLTU, ada PT Adaro dengan beberapa nama terungkap seperti Sandiaga Uno (calon wakil presiden 02), Erwin Suryadjaya, Teddy Rachmat, Benny Subianto, dan Garibaldi Thohir (saudara kandung Erick Thohir, juru bicara TKN 01).
Kemudian ada PT Rakabu Sejahtera, di mana Gibran Rakabumningraka (Putra ke-1 Presiden Joko Widodo) pernah menjadi pemegang saham dan komisaris, lalu digantikan Kaesang Pangarep (Putra ke-3 Presiden Joko Widodo).
PT Rakabu Sejahtera adalah perusahaan mebeul yang mempunyai berbagai aktivitas seperti kontruksi, pembebasan lahan, hingga pengembangan wilayah transmigrasi sehingga sering berhubungan dengan grup perusahaan tambang PT Toba Sejahtera yang dimiliki Luhut Panjaitan (Menteri Kemaritiman & timses Jokowi), dan 2 timses Jokowi yang menjadi komisaris yaitu Fachrul Razi dan Suaidi Marasabessy.
Nama-nama lain di tambang batu bara di antaranya adalah Oesman Sapta Oedang (penasihat TKN 01) di PT Total Orbit, Andi Syamsudin Arsyad (pernah menjadi bendahara TKN 01) di grup Johnlin, Hary Tanoesoedibjo (penasihat TKN 01, ketua umum Perindo) di MNC Energy & Natural Resources dan 9 anak perusahaan, Jusuf Kalla (Wakil Presiden, dewan pengarah TKN 01) di grup Kalla dalam 2 anak perusahaan.
Di kubu 02, ada Prabowo Subianto (calon presiden 02) yang memiliki 8 perusahaan tambang yang berada di Kalimantan Timur, Sandiaga Uno (calon wakil presiden 02) di PT Saratoga Investama Sedaya, PT Adaro, lalu ada Hasyim Djojohadikusumo (adik Prabowo, BPN 02) di PT Hitam Perkasa, dan Ferry Musyidan Baldan (BPN 02) pemilik 3 perusahaan tambang di Berau.
Lalu anehnya, perusahaan-perusahaan tambang yang telah menelan banyak korban tersebut juga mendapat label halal sehingga mempunyai saham syariah di pasar modal.
Label halal seharusnya diberikan pada perusahaan yang tidak melanggar prinsip-prinsip syariah, jika saja bukan Ma'ruf Amin (calon wakil presiden 01) yang menjabat sebagai ketua MUI, dewan pengawas syariah berbagai bank dan perusahaan asuransi.
Dari "Sexy Killer" kita dapat melihat bagaimana romantisme para elit politik dengan usaha pertambangan mereka. Bukan tidak mungkin bahwa majunya mereka dalam garda terdepan perpolitikan Indonesia adalah untuk mengamankan perusahaan beserta aset yang tersimpan di dalamnya.
Itu yang bisa ditangkap dari maksud film documenter ini. Selamat untuk Dandhy..! (Oce Satria, dari berbagai sumber)
Post Navi