Business

Luar Biasa! FPI Bedah Rumah Warga Miskin



TANJAKNEWS, MALANG --   Perpanjangan surat keterangan terdaftar (SKT) ormas Front Pembela Islam (FPI) terganjal.

Izin ormas FPI, yang tercatat dalam SKT 01-00-00/010/D.III.4/VI/2014 telah berakhir masa berlakunya pada 20 Juni lalu. Untuk mendapatkan SKT baru, FPI harus melengkapi setidaknya 20 syarat administratif dari Kementerian Dalam Negeri.

Kendati terganjal dan sementara pihak berpandangan negatif pada ormas pimpinan Habib Rizieq Shihab itu, namun tak menyurutkan semangat para anggota FPI untuk menjalankan amar ma'ruf nahi munkar. Salah satunya adalah aksi bedah rumah warga miskin di berbegai tempat di tanah air lewat sayap organisasi itu, HILMI FPI.


Hilal Merah Indonesia (HILMI) adalah Divisi Kemanusiaan di bawah naungan Front Pembela Islam (FPI).  Organisasi ini menjadi yang tercepat bergerak di bidang aksi kemanusiaan, bantuan bencana dan musibah. 

Salah satu aksi HILMI FPI adalah bedah rumah. Seperti yang gencar dilakukan DPW HILMI Kabupaten Malang, Jawa Timur. HILMI Malang menargetkan 10 rumah fakir miskin yang sudah tidak lagi layak huni.

Melalui beberapa kali kunjungan ke berbagai kampung, tim survei akhirnya memutuskan untuk memulai program bedah rumah ini dari wilayah Dian Ringin Anom, Desa Taman Satrian, Kecamatan Tirto Yudo.


“Sebetulnya dari apa yang saya lihat sendiri dari fisik rumah maupun kondisi pemiliknya ada 100 rumah yang masuk katagori layak untuk kita renovasi. Tetapi karena terbatasnya kemampuan, maka kita terpaksa harus memilih diantaranya,” kata Ustad Mukhlis, Ketua DPW HILMI Kabupaten Malang

Dari hasil diskusi bersama kepala desa maupun RT, maka diputuskan untuk memilih rumah Paino Pentet (70 th) dan rumah Mislan (75 th) yang akan direnovasi. Selain kondisi fisik rumahnya yang sudah hancur, ekonomi keduanya sangat memperihatinkan karena tidak memiliki pekerjaan dan hidupnya bergantung dari bantuan tetangga.

Paino Pentet tinggal di area perkebunan yang jauh dari permukiman warga. Ia tinggal berdua dengan istrinya yang sedang sakit dan memerlukan perhatian khusus dan perawatan darinya.

Sementara Mislan dan istri tinggal menumpang di lahan saudaranya. Tanah yang menjadi satu-satunya harta miliknya dijual oleh anaknya. Kini dalam kondisi sakit-sakitan mereka berdua tinggal di sebuah gubuk yang dibangun warga berukuran 3×6 meter persegi. Ruang tamu, dapur dan kandang ayam pun menjadi satu ruangan.

Ahad pagi (13/10/2019), atas izin Allah Swt, DPW HILMI Kabupaten Malan pertama kali memulai pelaksanaan bedah rumah, bekerjasama dengan Majelis Maulid Watta’lim Babussalam asuhan Hb Ahmad Barakwan, MAWIL LPI Kabupaten Malang, komunitas trail, dan warga sekitar.

Dari 50 orang relawan, 35 orang di antaranya diposisikan di rumah Kakek Paino, terdiri dari laskar FPI, Trail Community, dan jamaah Sholawat Babusalam. 15 orang lainnya ditempatkan di rumah Kakek Mislan, yaitu dari Laskar FPI dan Tim bedah rumah HILMI.

pukul 16.00 WIB dua rumah yang direnovasi pada awal program kali ini berhasil diselesaikan. Hanya dalam waktu satu hari, kini keduanya mendapatkan tempat tinggal yang lebih layak untuk mereka tinggali.

Dengan hasil kerja DPW HILMI Kabupaten Malang ini, Ketua HILMI Pusat Habib Ali Alhamid menyampaikan apresiasinya dan berharap program ini dapat diadopsi oleh DPD dan DPW HILMI lainnya.

Sasaran bedah rumah berikutnya, tertuju pada rumah Kakek Sokirin (75 th), pekerja buruh tani yang tinggal di Dusun Ringin Anom, Desa Taman Satrian, Kecamatan Tirto Yudo, Kabupaten Malang.  Sokirin, tinggal sebatang kara di rumah petaknya berukuran 3×4 meter persegi.

Rumahnya berdiri di atas tanah milik orang lain yang telah diizinkan warga untuk dihuni namun tidak untuk dimilikinya. Materialnya terbuat dari bambu yang sudah lapuk termakan usia. Yang lebih memperihatinkan lagi, letaknya sangat jauh dari permukiman warga.


 Sokirin merupakan seorang petani miskin yang mengandalkan penghasilannya dari menjaga kebun, itupun tak ada kepastian akan penghasilan yang didapat. Ia juga buta huruf, sehingga tak ada pilihan lain yang bisa ditekuninya sebagai tambahan penghasilan.

Dengan kondisi ekonomi demikian, Kakek Sokirin hanya bisa bersabar untuk bertahan hidup, bahkan sering sekali dirinya harus menahan lapar saat tidak ada makanan yang diperoleh.

Meski dikaruniai seorang anak, namun  Sokirin tetap saja hidup sebatang kara. Menurut penuturan Sokirin, anak-anaknya enggan tinggal bersamanya dan lebih memilih tinggal bersama ibunya atau mantan istri Sokirin.

Berdasarkan cerita yang disampaikan, anak  Sokirin mengalami cacat tangan akibat kecelakaan kerja. salah satu lengan anaknya terkena gergaji dan menjadi sebab diamputasi oleh dokter. Akibat kejadian tersebut, ia harus menanggung biaya rumah sakit hingga mencapai Rp160 juta.

Meskipun telah mendapatkan bantuan dari tempat anaknya bekerja, namun belum bisa menutupi seluruh tagihan biaya rumah sakit, sehingga ia harus mengorbankan beberapa sisa harta yang dimilikinya untuk menanggung sisa pembayaran tersebut.

Melihat kondisi kehidupan demikian, maka DPP dan DPW HILMI memutuskan untuk memberikan bantuan bedah rumah kepadanya. Diharapkan melalui bantuan ini bisa membantu Kakek Sokirin memperoleh kehidupan yang lebih layak.

Renovasi rumah Sokirin pun dimulai pada Ahad 3 November 2019, dengan dibantu oleh DPW FPI Kabupaten Malang, DPC FPI Kecamatam Dampit, Komunitas Trail, dan pemerintah setempat.



Atas permintaan serta kesepakatan bersama, rumah tersebut akhirnya diperluas menjadi 4×7 meter persegi dan rampung dikerjakan hingga selesai.

“Alhamdulillah, berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak yang terlibat, akhirnya dalam waktu sehari, HILMI FPI sanggup merenovasi dua rumah sekaligus, serta bisa membantu mereka yang membutuhkan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak,” ungkap Ustadz Mukhlis. (Oce Satria)

Sumber : Ustadz Mukhlis, Ketua HILMI Kabupaten Malang.

Post Navi