Di Usia Senja Nenek Bannia Setia Menyulam Lamming
TanjakNews, Parepare — Di usia 77 tahun, Ibu Bannia masih tetap berjuang melakoni profesi sebagai penyulam lamming. Bannia merupakan warga Kelurahan Cappa Galung, Kecamatan Bacukiki Barat, Kota Parepare.
Profesi ini, kata Bannia, sudah dikerjakan selama puluhan tahun lamanya. “Untuk satu lamming dibutuhkan waktu selama satu bulan,” katanya.
Biasanya pesanan lamming datang dari salon di luar kota maupun Parepare sendiri. Dengan Harga 250 per 5 meter.
Uang dari menyulam, cerita Bannia, hanya cukup untuk membeli beras dan berharap mendapat jatah raskin.
“Dari dulu didata terus ji nak, belum pernah dapat kodong,” ujarnya.
Saat dikonfirmasi, Camat Bacukiki Barat, Fitriani berjanji akan melakukan peninjauan secepatnya.
Lamming adalah hiasan pada pesta pernikahan khas Bugis-Makassar. ... Dalam bahasa Bugis-Makassar kali berasal dari kata Cikali yang berarti sepupu satu kali.
Tentang Akkorontigi (Mappacci).
Rumah calon mempelai telah ditata dan dihiasi sedemikian rupa dengan dekorasi khas daerah bugis makassar, yang terdiri dari:
a. Pelaminan (Lamming)
b. Lila-lila
c. Meja Oshin lengkap dengan bosara.
d. Perlengkapan Korontigi/Mappacci.
Acara Akkorontigi/Mappacci merupakan suatu rangkaian acara yang sakral yang dihadiri oleh seluruh sanak keluarga (famili) dan undangan.
Acara Akkorontigi memiliki hikmah yang mendalam, mempunyai nilai dan arti kesucian dan kebersihan lahir dan batin, dengan harapan agar calon mempelai senantiasa bersih dan suci dalam menghadapi hari esok yaitu hari pernikahannya.
Perlengkapannya:
* Pelaminan (Lamming).
* Bantal.
* Sarung sutera sebanyak 7 (tujuh) lembar yang diletakkan di atas bantal.
* Bombong Unti (Pucuk daun pisang).
* Leko Panasa (Daun nangka), daun nangka diletakkan di atas pucuk daun pisang secara bersusun terdiri dari 7 atau 9 lembar.
* Leko’ Korontigi (Daun Pacci), adalah semacam daun tumbuh-tumbuhan (daun pacar) yang ditumbuk halus.
* Benno’ (Bente), adalah butiran beras yang digoreng tanpa menggunakan minyak hingga mekar.
* Unti Te’ne (Pisang Raja).
* Ka’do’ Minnya’ (Nasi Ketan).
* Kanjoli/Tai Bani (Lilin berwarna merah).
Prosesi acara Akkorontigi/Mappacci:
Setelah para undangan lengkap dimana sanak keluarga atau para undangan yang telah dimandatkan untuk meletakkan pacci telah tiba, acara dimulai dengan pembacaan barzanji atau shalawat nabi, setelah petugas barzanji berdiri, maka prosesi peletakan pacci dimulai oleh Anrong bunting yang kemudian diikuti oleh sanak keluarga dan para undangan yang telah diberi tugas untuk meletakkan pacci. Satu persatu para handai taulan dan undangan dipanggil didampingi oleh gadis-gadis pembawa lilin yang menjemput mereka dan memandu menuju pelaminan. Acara Akkorontigi/Mappacci ini diakhiri dengan peletakan pacci oleh kedua orang tua tercinta dan ditutup dengan doa.
(Oce/Sulapa)
0 Komentar