Panggilan Sayang
Oleh: All Amin
Entrepreneur
SAYA pernah beberapa kali membeli barang via online. Ketika transaksi, chatting dengan penjualnya. Diskusi, atau tawar menawar.
Ada beberapa panggilan umum para pedagang online kepada pelanggannya. Pelanggan disapa; bos, gan, atau kak. Hampir seragam seperti itu.
Saya tidak sepaham dengan mazhab; "sapaan pukul rata" ini. Berlawanan dengan kaidah habluminannas yang saya anut. Saya berpandangan; setiap orang mesti disapa secara personal. Sapaan yang ia senangi.
Selalulah sapa orang dengan menyebutkan namanya. Gelar kebanggaan. Atau panggilan apapun yang membuat ia merasa dihormati.
Karena itu bagian dari kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ingin dihargai. Setiap orang butuh diakui eksistensinya. Siapa pun itu.
Semakin prestisius posisi seseorang, maka semakin bergengsi pula panggilannya. Bapak Presiden, itu sapaan yang sangat bergengsi.
Yang membedakan raja dengan rakyat biasa pun adalah panggilannya. Beberapa waktu lalu, Pangeran Harry mundur dari anggota kerajaan Inggris. Segala hak sebagai Pangeran. Juga panggilan kehormatan, dicabut darinya.
Gelar akademis, gelar adat, gelar keagamaan, atau gelar apapun, yang melekat pada seseorang. Sangat penting diperhatikan. Jangan pernah abaikan itu. Agar Anda tidak pula diabaikan.
Tidak mesti gelar formal. Kata kuncinya adalah; panggilan yang ia senangi.
Saya ada kawan. Panggilannnya; Kojek. Dan itu bukan nama yang tertera di KTP-nya. Tak banyak yang tahu nama aslinya. Bahkan Emak-nya pun memanggil; Kojek.
Saya memanggilnya Kojek RCTI. Bukan karena ia pernah bekerja di stasiun tv itu. Tapi, karena satu ruas jempol kanannya hilang. Panggilan yang bisa membuat dia mengacungkan jempol sambil nyengir.
Kebisaan menyapa orang dengan panggilan personal seperti itu mesti dilatih. Di antara latihannya adalah; berupaya menghafal nama-nama orang. Berupaya secepatnya menggali informasi lawan bicara yang baru dikenal.
Kemampuan itu bisa menghantarkan Anda menjadi seorang maestro human relationship. Seniman hubungan antar manusia. Sebuah keterampilan khusus yang sangat mahal.
Sekadar saran. Untuk kawan-kawan yang jualan online. Walaupun melayani pelanggan via chattingan. Tidak bertatap muka. Namun, tetaplah berupaya memperlakukan pelanggan lebih personal.
Buat SOP agar di saat chatting dengan pelanggan, bisa segera mengetahui siapa pelanggan itu. Hingga segera tahu, bagaimana baiknya ia disapa.
Misal, dengan segera menanyakan namanya, profesinya, daerah asalnya, dsb. Atau katakan; "Bapak/Ibu baiknya kami panggil siapa?"
Hingga bisa menyapa dengan tepat. Ada yang pantas dipanggil; pak guru, ustaz. Atau ada yang cocok dipanggil: Lae, mas, daeng, bli. Bisa juga; pak kades, oma, abah, dll. Panggilan personal seperti itu akan lebih berkesan. Secara teori, perlakuan itu bisa menciptakan "wow experience" bagi pelanggan.
Jangan semua orang dipanggil; kak. Padahal lawan chating-nya sudah nenek-nenek. Yang dipanggil "kak" sampai tua itu hanya; Kak Seto. Dan itu sudah jadi trademark.
Pun saya termasuk yang tidak begitu percaya dengan panggilan; sayang.
Sejak ketemu seorang kawan.
Saya bilang ke dia; "Kamu romantis sekali. Selalu memanggil; sayang. Pada pasanganmu." Lalu Dewa Amor KW 3 itu menjawab; "Saya pelupa. Takut tertukar antara Sinta dan Ranti. Mirna dengan Jubaedah. Supaya aman. Semuanya saya panggil; sayang." (*)
Foto ilustrasi/net
Post Navi
0 Komentar