Business

Mana yang Lebih Bahaya, Melawan Bandit atau Orang Bodoh Ngeyel ?



BUKU -- Hampir sebagian besar kita mengalami apa yang kita sebut debat tak berkeruncingan. Sebuah pokok soal yang kita perdebatkan dengan argumen yang kuat, pada akhirnya hanya akan mentah dan mental lagi karena si lawan debat tak mampu mencernanya - meski kita sudah menjelaskan dengan cara dan contoh paling sederhana. Apa boleh buat, tinggalkan saja debat seperti itu.

The Basic Laws of Human Stupidity

Kok bisa? Kok bisa ya, dia begini begitu, padahal dia orang (yang seharusnya) intelek. Pernah bergumam seperti itu? 

Kaget ketika menemukan seseorang yang diperkirakan berintelektualitas tinggi tapi mengeluarkan pernyataan tanpa dasar, aneh dalam artian tidak logis, tidak rasional, atau melakukan sesuatu yang mempermalukan diri atau orang lain, dengan kata lain melakukan’tindakan bodoh’? 

Cipolla menyatakan dengan tegas dalam Hukum Pertama tentang Kebodohan Manusia: “Always and inevitably everyone underestimates the number of stupid individuals on circulation.”

Buku ini merupakan sebuah esei yang mulanya diterbitkan secara terbatas oleh penerbit Mad Millers pada tahun 1976. Naskah aslinya memang ditulis Cipolla (1922-2000) dalam Bahasa Inggris dan ia selama bertahun-tahun menolak penerjemahan ke dalam bahasa lain dengan alasan suatu tulisan hanya akan dapat dipahami sempurna ketika dibaca dalam bahasa asli kala ditulis. Karena itu cukup lama hingga akhirnya edisi Italia terbit 15 tahun kemudian meski Cipolla berkebangsaan Itali. Lalu diedit ulang dalam Bahasa Inggris 25 tahun sejak penerbitan awal, dan baru ada terjemahan dalam Bahasa Prancisnya 35 tahun sejak ditulis.

Cipolla yang merupakan profesor sejarah ekonomi  di University of California, Berkeley juga Scuola Normale Superiore di Pisa lebih berminat dalam mengamati perilaku manusia berdasarkan sudut pandang ekonomi ketimbang semata-mata bergulat dengan angka-angka. 

Dalam buku yang melejitkan namanya ini ia mendefinisikan orang bodoh sebagai seseorang yang tidak memiliki kapasitas rasional dalam bertindak yang tidak menguntungkan dirinya sendiri maupun orang lain. 

Jika dibuat diagram dengan sumbu horizontal keuntungan pribadi dan sumbu vertikal keuntungan orang lain akan didapat empat kuadran:

  • Pojok kanan atas (intellegent)  win-win➡ mencapai keuntungan diri sendiri dan orang lain
  • Pojok kiri atas (helpless) : lose-win➡mengorbankan kepentingan sendiri untuk keuntungan orang lain
  • Pojok kanan bawah (bandit) :win-lose➡ mengorbankan kepentingan orang lain untuk keuntungan diri sendiri
  • Pojok kiri bawah (stupid) : lose-lose➡kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain.

Dilihat dari sudut pandang manapun kelakuan orang bodoh tidak menguntungkan (termasuk bagi dirinya sendiri, tapi dia tidak menyadari hal itu) maka Cipolla mengatakan kebahayaan yang ditimbulkan orang bodoh jauh lebih parah dari aksi jahat bandit yang merugikan orang lain demi keuntungan sendiri (Hukumkelima). Keuntungan di sini bisa berbentuk materi, kepuasan, atau bentuk-bentuk emosi lainnya.

Menurutnya, kita bisa lebih waspada dan hati-hati menghadapi kejahatan bandit, karena para bandit masih bertindak rasional meski untuk tujuan jahat. Mereka adalah orang yang mencari keuntungan namun dengan cara menimpakan kerugian pada orang lain.  Dengan demikian orang yang rasional dapat memprediksi kecenderungan jahatnya. 

Sementara tindakan bodoh (saking dilakukan tanpa dipikir dalam dan tidak rasional) tidak dapat dirasionalisasi oleh orang rasional, karenanya lebih sulit dihindari. Lalu kita hanya bisa bergumam “Kok bisa, ya?!”

A stupid creature will harass you for no reason, for no advantage, without any plan or scheme and at the most improbable times and places. You have no rational way of telling if and when and how ans why the stupid creature attacks. When confronted with a stupid individual you are completely at his mercy.

Hal yang mengerikan adalah kesimpulan dari hukumnya yang ketiga yang menyatakan faksi populasi orang bodoh cenderung konstan dalam berbagai komunitas. Hal ini dikarenakan kebodohan tak berhubungan dengan karakter seseorang: ras, jenis kelamin, pendidikan, dan seterusnya. Cipolla bahkan menyatakan bahwa persentase orang bodoh di kalangan penerima Nobel sama dengan persentasenya di kalangan pekerja harian! Negara berkembang tak memiliki orang bodoh dengan persentase lebih besar dari negara maju.

Keuntungan yang didapat kategori bandit (jika aksinya sempurna) setara dengan kerugian yang mereka timpakan. Secara makro, dalam suatu komunitas, keadaan tersebut impas, masyarakat hanya akan jadi stagnan. 

Tapi bila si bodoh yang bertindak, orang dirugikan, dirinyapun merugi, secara makro, masyarakat pun rugi! Di negara berkembang dan terbelakang, di mana orang-orang bodoh diberi keleluasaan lebih untuk bertindak dan menjadi pengambil keputusan, kerugian besar menimpa masyarakatnya. [Oce]


Keterangan Buku:

  • Judul: Basic Laws of Stupidity
  • Penulis: Carlo M. Cipolla
  • Penerbit: il Mulino 
  • Tahun Terbit: 2011


Sumber: Presciouscygnet

Post Navi

0 Komentar