Business

Be Together, Not the Same



Oce Satria

PERKEMBANGAN perhenponan kini telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa, mengantarkan manusia  ke depan pintu gerbang kemerdekaan berkomunikasi, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Perkembangan yg super cepat dan canggih terasa nyata di saat pandemi corona: kita utk berkegiatan  tertentu melakukannya secara virtual. 

2016 silam Google ikut kampanye pemasaran untuk Android, dengan fokus pada frasa yang sederhana namun sangat kuat: "Be Together, Not the Same”

“Bersama-sama, tidak sama.” 

Kalimat pendek yg melampaui sekadar tentang smartphone, tetapi lebih jauh dari itu, yakni berhubungan dengan kemanusiaan pada umumnya. Kita semua mungkin berasal dari berbagai sisi dunia dan memiliki pandangan dan kondis dan kepentingan yang berbeda, tetapi kita semua adalah warga Bumi. "Kita adalah manusia, bersama. Kita semua. Dengan itu melekat pada Android," kata Tim Wrobel, redaktur senior di droid-lifecom.

Tagline senada dan - pasti sudah afkir - adalah "Connecting people" milik Nokia.

Banyak yang telah berubah pada saat ini. Jumlah orang dengan akses ke perangkat seluler telah meningkat pesat. Populasi hingga saat ini semakin merapat ketika miliaran orang terhubung setiap hari dengan ponsel berinternet.

Dampak Internet kini sama dalamnya dengan dampak ponsel terhadap kehidupan kita sehari-hari bebrrpa waktu sebelumnya.

Sekadar connecting people saja tak cukup.  Makna connecting kini telah berevolusi. Dulu koneksi sekedar lewat panggilan atau teks SMS, tetapi sekarang berubah. Sekarang connecting berarti terkoneksi ke internet.

Koneksi internet inilah yang sekarang justru banyak dibutuhkan, membuat orang mampu membangun jejaring di media sosial dan melakukan aktivitas seperti chatting lewat ponsel tanpa batasan. Tak heran bila beberapa tahun lalu Nokia berupaya menegaskan semboyan "connecting people" dalam makna barunya.

Dan lebaran COV-IED MUBARAK pertama kali dan tak pernah terbayangkan sebelumnya sangat banyak diakomodasi oleh kesempurnaan  android. Kita tetap bisa bersama berlebaran dgn orang-orang tercinta, meski tak bersentuhan. Tapi bukankah lewat zoom dan video call kita telah bersua muka dan menumpahkan kerinduan dengan keluarga dan kawan-kawan kita? 

Yang tak tertangani oleh android mungkin solusi membuka kaleng nastar yang ujung selotipnya benar-benar maya dan susah ditemukan. Tak apa, kue lebaran hanya pemanis saja. Esensi lebaran adalah menampakkan wajah kita yang fitrah, pada siapa pun.

"Idulfitri,
fitrahnya sesuci embun pagi,
Satu Syawal
Tanpa dendam 
dan sakit hati" 
[e.y.e]

Siapapun penemu android, semoga Allah Swt berkenan memasukkannya dalam golongan orang-orang yang akan mencium bau Jannah. Wallahua'lam bissawwab..

Minal aidin walfidzin.... 🙏
Post Navi

0 Komentar